Masih


Aku melirik jam tanganku sebelum kembali menebarkan pandang ke sekeliling. Sudah lewat lima belas menit dari waktu yang kujanjikan padanya. Aku menghela napas dan merapatkan jaket. Mungkin dia tidak akan datang. Aku sudah hendak beranjak ketika tiba-tiba melalui ekor mataku aku menangkap bayangan seseorang yang sedang mendekat. Aku menoleh. Dia. Tanpa sadar bibirku membentuk seulas senyum.

Dia, dengan kemeja turquoise dan celana jins-nya yang biasa. Dia, yang cara berjalannya demikian kukenal sehingga meskipun wajahnya masih tertutup bayang-bayang, aku sudah tahu bahwa itu dia. Dia, yang telah kunantikan sepanjang sore ini, yang kusangka takkan datang menemuiku. Tapi ternyata dia datang. Perlahan ia menghampiriku.

“Hei,” sapanya ragu-ragu. Aku tersenyum. Melihatku tersenyum, ia balas tersenyum.

“Terima kasih sudah datang,” ucapku. Ia menjatuhkan dirinya di bangku sebelahku, masih menatapku ragu.

“Aku tahu kau pasti penasaran mengapa aku mengajakmu bertemu malam ini,” aku memulai pembicaraan, lalu terdiam.

“Yah…”

“Aku akan pergi.”

Ia menatapku tanpa berkata apa-apa. Mungkinkah ia sudah menebak? Bahwa aku mengajaknya bertemu malam ini, adalah sebagai pertemuan terakhir kami berdua? Sebuah acara perpisahan sebelum aku pergi dari kehidupannya. Karena itukah ia datang? Aku balas menatapnya, lalu melemparkan sebuah senyum penyesalan.

“Maaf aku baru mengatakannya padamu.” Kami terdiam selama beberapa saat. Keheningan yang menenangkan. Aku menutup kedua mataku, dan menghirup udara malam yang dingin. Saat aku membuka mata, kulihat ia sedang menengadah ke atas, memerhatikan bintang-bintang yang bersinar di langit kelam.

“Mengapa?”

Ia menoleh, “Mengapa apa?”

“Mengapa kau mau datang?”

Ia berpikir sejenak. “Yah,” gumamnya sambil mengangkat bahu, “aku sendiri juga tidak tahu. Mungkin karena,” ia terdiam, “mungkin karena aku tahu kau sedang membutuhkanku.” Lalu bibirnya membentuk seulas senyum.

Mau tidak mau aku ikut tersenyum, lalu menunduk memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Sepercik kepedihan menyeruak ke dalam hatiku. Ah, pikirku, betapa irinya aku pada wanita itu! Betapa inginnya aku menjadi dirinya, bahkan jika hanya untuk hari ini saja. Bahkan jika hanya untuk menit ini saja.

“Memangnya kau tidak sedang membutuhkanku?” guraunya penuh canda. Aku terkekeh pelan. He’s the guy who can always make me smile, whenever, wherever, no matter how hurt I feel at the moment.

“Seperti kau tidak tahu saja.” Aku membalas. Lalu tiba-tiba ia membungkuk dan mengecup keningku.

That’s what friends are for,” katanya.

Yeah, that’s what friends are for. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya, seperti yang selama ini selalu kulakukan. Kalau saja aku sanggup mengatakan padanya, aku ini teman yang buruk. Teman yang menginginkan lebih daripada yang seharusnya dimiliki oleh seorang teman.

“Aku tidak ingin kau melupakanku.” Aku berkata perlahan. “Meskipun aku pergi, meskipun kau tidak akan pernah melihatku lagi, aku ingin kau mengingatku.”

Meskipun aku hanyalah salah satu dari gadis-gadis yang pernah singgah di dalam kehidupanmu, aku tidak ingin disamakan dengan mereka. Aku egois. Aku ingin kau mengenangku sepanjang hidupmu. Sebagaimana aku juga akan selalu mengenangmu sepanjang hidupku. Sampai rambutmu memutih. Sampai rambutku memutih. Sampai waktu merampas ingatan kita dan kita berhenti bernapas, sampai saat itulah aku akan selalu mengenangmu. Meskipun kita tidak bersama.

Ia mengelus kepalaku dengan lembut tanpa berkata apa-apa. Entah udara malam sangat dingin ataukah hanya aku saja, kacamataku tiba-tiba berembun. Bagus. Aku tidak ingin ia melihat apa yang sedang terpancar di mataku.

Betapa aku berharap waktu dapat berputar kembali, kembali ke masa lalu, jauh sebelum cincin itu melingkar di jari manisnya, jauh sebelum mereka berdua bertemu. Dan betapa aku berharap aku dilahirkan jauh lebih awal, hanya agar jalan hidup kami dapat bertemu lebih cepat. Ya, aku ingin mengubah takdir. Aku ingin mengubah takdir hanya demi dia.

Aku mencintaimu, pikirku dalam hati. Aku mencintaimu sedemikian rupa sehingga aku tidak sanggup untuk memberitahumu, sebab dalam keadaan kita yang seperti sekarang, hal itu hanya akan menambah rumit persoalan. Aku bukan pengecut. Aku hanya tidak ingin mengusik kedamaianmu dengan perasaan tololku yang tidak pada tempatnya. Aku berusaha menelan gumpalan besar yang menyumbat kerongkonganku. Aku mencintaimu, dan aku akan pergi untuk itu. Aku mencintaimu.

“Aku tahu…” gumamnya tiba-tiba. Aku bergeming sedikit. Apakah ia dapat membaca perasaanku, ataukah ucapannya itu ditujukan untuk hal lain? Aku tidak mau tahu. Aku tidak peduli. Maka aku menutup mataku dan terdiam.

You’re gonna make it without me, dear…” tambahnya lagi. Kemudian ia mengangkat wajahku, menatap ke dalam mataku melalui kacamatanya, dan berkata, “You’re one of the bravest women I’ve ever known, and I know you’ll make it through.” Lalu ia mengecup keningku dan merengkuhku masuk ke dalam pelukannya.

***

Aku membuka kedua mataku, tersadar dari lamunan yang telah menenggelamkanku ke masa lalu. Kemudian aku menunduk dan membaca ulang pesan yang tertera di layar ponsel hitam putih yang kugenggam. Meet me at the park at 9 tonight. Aku mematikan ponsel tuaku dan menyimpannya, lalu membuka kacamata dan mengelapnya. Cincin emas yang melingkar di jari manisku kini mulai pudar dimakan usia. Aku tersenyum. Benda paling berharga dalam hidupku, yang akan selalu kujaga dan takkan pernah kulepaskan seumur hidupku.

Kudengar langkah-langkah kaki mendekat. Aku berbalik dan mendapati pemilik pasangan cincin itu tengah tersenyum menatapku. Bahkan dengan rambutnya yang sudah mulai memutih, dan dengan guratan-guratan halus yang mulai tampak di kedua ujung bibir dan matanya, ia masih tampak cantik. Aku bangkit dan mendekatinya, lalu mengecup keningnya dengan lembut.

“Aku mencintaimu,” bisikku perlahan.

5 thoughts on “Masih

    1. bukan.. ini ceritanya si X suka sm si Y pdhl si Y udh punya istri. trus si X mo mundur gt, jadi dia pergi deh. tp ternyata si Y ga lupa sm X. meskipun dia tetap setia sm istrinya, tp dia terkesan sm si X.. gt. jd keinginannya X spy Y nda lupa sama dia akhirnya terkabul.. y kyk gt lah. hehehe

      Like

Leave a comment